Download lagu rano karno gita cinta dari sma




















Tren yang makin lama makin berlebihan dan justru menciptakan "ketidak logisan" yang semakin parah. Kalaupun ada yang menyoroti strata berbeda, hasilnya juga tanpa bermaksud merendahkan kasta sosial tertentu sama ngawur -nya. Entah si wanita digambarkan sangat kaya dan si pria sangat miskin supir, pembantu, pengamen, tukang becak, dll atau sebaliknya. Galih dan Ratna berbeda. Status sosial keduanya berbeda, tapi itu tidak jadi soal.

Tidak pula dieksploitasi berlebihan. Ratna jatuh cinta karena Galih tidak seperti pria lain yang ngotot mendekati dia, bahkan cenderung memaksa. Galih terkesan cuek. Cuek yang bukan didasari sok cool tapi karena rasa malu dan tidak percaya diri.

Alamiah, realistis. Kondisi semacam ini memang sering terjadi. Ratna pun mendekati Galih dengan cukup agresif, memakai salah satu trik pendekatan paling klasik, yaitu meminjam buku catatan. Cheesy -kah? Nyatanya tidak. Disaat " the oldest love story " dituturkan secara sederhana dan apa adanya, kejujuran lah yang terasa. Kuncinya adalah dua karakter utama yang tidak asing.

Galih dan Ratna adalah kita sendiri. Remaja biasa dengan problematika romansa yang jamak terjadi. Sebuah kisah cinta SMA dengan bumbu konflik yang wajar hadir seperti persaingan dan restu orang tua. Semakin tidak asing pula film ini berkat caranya menampilkan kehidupan SMA yang ada. Kegiatan belajar mengajar, guru yang jadi bahan lelucon, perkemahan penuh nyanyian beserta iringan gitar bahagia, semua itu ada. Semua itu nyata.

Penonton dari kalangan usia manapun saya rasa akan terlempar memorinya ke masa sekolah dulu saat menonton film ini. Satu lagi yang menyenangkan adalah bagaimana film ini tidak melakukan glorifikasi terhadap kehidupan "sok gaul" remaja. Saya tidak tahu bagaimana hedonisme pada era an, tapi jelas bukan seperti ini.

Disaat romansa modern hobi memperlihatkan karakter dengan hidup glamor, Galih dan Ratna adalah dua pelajar teladan, juara kelas, dan tetap bisa saling jatuh cinta. Tapi tidak ada rasa menggurui disini. Tidak ada pesan moral bahwa pelajar harus rajin dan sebagainya.

Kali ini saya akan mengulas sedikit tentang film yang terkenal di akhir tahun an. Sebelumnya hal yang membuat saya ingin menulis tentang kedua film ini adalah ketika lagi searching di rumah paman Google. Makanya muncul film Ada Apa Dengan Cinta? Oke, back to topic. Kemudian saya penasaran sama judul yang disebutkan diatas.

Nah, dari youtube saya menonton kedua film ini. Pasti kalian yang lagi baca dan tidak tahu soal judul ini bertanya, apa hubungan Gita Cinta dengan Puspa Indah Taman Hati?? Puspa Indah adalah sekuel dari Gita Cinta. Bukan maksud apa - apa, sebagai anak yang lahir puluhan tahun setelah film ini muncul, saya ingin berbagi apa yang saya tonton kepada para pembaca blog saya. Kalau yang sudah pernah nonton bisa buat nostalgia. Rahasia apa yang diam dalam debaran Saat kau seperti kijang mas meloncat — loncat dihadapanku Ku simpan wujudmu dari sepi ke sepi Ku toreh hatimu dengan pisau naluri Diam-mu sendu, hangatmu rindu.

Sajak yang ternyata ditujukan oleh Galih kepada Ratna secara diam - diam menunjukkan bahwa Galih dengan sikap diam dan acuhnya ternyata menyukai Ratna.

Terlebih lagi sajak karya Galih ini dibacakan Ratna sebagai pengganti nyanyi karena dirinya dipaksa menyanyi pada saat acara kumpul bareng teman - teman sekelasnya.

Kenangan demi kenangan indah terekam begitu saja mewarnai kebahagian dua sejoli ini. Mulai dari jalan bareng, bernyanyi bersama hingga naik sepeda berdua. Tidak hanya itu, Galih dan Ratna dikelilingi oleh sahabat - sahabat yang baik. Mereka selalu ada untuk membantu Galih dan Ratna ketika tantangan terbesar mereka dimulai. Ratna dilarang untuk dekat dengan Galih oleh ayahnya. Awalnya Ratna tidak tahu mengapa ayahnya begitu tidak senang akan hubungannya dengan Galih.

Di pertengahan cerita, Ternyata Ratna sudah dijodohkan dengan seorang mahasiswa UGM fakultas kedokteran. Mereka berdua mencoba berbagai cara untuk tetap menjalin hubungan dibelakang ayahnya Ratna. Mulai dari menghindari Galih yang rela masuk ke sawah ketika bertemu ayahnya Ratna dijalan hingga menulis surat putus hubungan palsu atas ide teman - teman Galih dan Ratna. Keduanya menderita dan harus rela berpisah.

Sebuah surat ditulis untuk Galih dari Ratna disaat ulang tahun Galih yang ternyata Galih sendiri tidak ingat hari ulang tahunnya. Hari ini adalah hari ulang tahunmu.

Aku sengaja menghadiahkan dasi yang sudah ku pasang agar kau tinggal memakainya. Sebab nanti mungkin aku tak bisa di sisimu. Tak bisa memasangkan dasi untukmu. Saat kenaikan kelas, pakailah nanti jika kau merinduku. Pakailah nanti kemana kau pergi. Galih, aku baru tahu mengapa ayahku selalu membenci hubungan kita.

Tanpa sepengetahuanku aku telah dijodohkan dengan lelaki berdarah Minang. Sekarang dia masih kuliah di fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada. Aku sangat sedih mendengar keterangan ayahku itu. Karena aku terlanjur mencintaimu. Tapi apa dayaku, aku hanya seorang wanita.

Kalau ku kejar bahagiaku denganmu, aku takut menghambat cita — citamu. Engkau adalah harapan satu — satunya keluargamu. Galih berbahagialah kelak wanita yang mendampingimu. Aku yang telah bersusah payah mengejar cintamu ternyata menemui jurang. Selama aku bersamamu, kau tak pernah menyakitiku. Membuat cintaku padamu lebih mendalam. Aku dewasa dalam pelukanmu. Semua itu nyata. Penonton dari kalangan usia manapun saya rasa akan terlempar memorinya ke masa sekolah dulu ketika menonton film ini.

Satu lagi yang menyenangkan yaitu bagaimana film ini tidak melaksanakan glorifikasi terhadap kehidupan "sok gaul" remaja. Saya tidak tahu bagaimana hedonisme pada era an, tapi terang bukan ibarat ini.

Disaat romansa modern hobi mengatakan huruf dengan hidup glamor, Galih dan Ratna yaitu dua pelajar teladan, juara kelas, dan tetap bisa saling jatuh cinta. Tapi tidak ada rasa menggurui disini.

Tidak ada pesan moral bahwa pelajar harus rajin dan sebagainya. Ada perjuangan untuk memasukkan kesenian Indonesia ibarat adegan tarian di program perpisahan atau ketika para siswa berkemah dan menyanyikan lagu-lagu anak yang riang gembira. Meski menghadirkan semua itu, lagi-lagi yang terasa yaitu kejujuran.

Tidak ada niatan untuk "sok nasionalis" atau "sok melestarikan budaya". Semuanya murni ada disana alasannya Arizal memang merasa perlu memasukkan semua itu untuk menghadirkan sebuah kisah cinta yang "sehat" dalam lingkungan yang "sehat" pula. Dialog yang ditulis Eddy D.

Iskandar secara umum dikuasai menggunakan bahasa baku. Sangat baku dan sebetulnya sedikit mengurangi kesan "abadi" film ini, alasannya jikalau ditengok lewat beling mata sekarang, kesan realistis akan berkurang. Tapi itu bukan pilihan yang salah. Jika ada yang kurang, lebih kearah bagaimana Arizal menangani dialog-dialog baku tersebut.

Muncul banyak adegan yang tidak dihendaki lucu namun membuat saya tertawa lepas. Kebanyakan rasa lucu hadir alasannya kekauan yang begitu kuat. Banyak pemain drama khususnya dalam tugas pembantu kurang nyaman dengan pelontaran obrolan mereka.

Kelucuan yang tidak diniati juga tidak hanya hadir alasannya pengemasan dialog. Disaat ceritanya bisa terhindar dari kesan cheesy , pengemasannya justru sering begitu dan terasa amat lucu. Contoh tepat yaitu adegan ketika ayah Ratna memergoki ia dan Galih tengah berduaan di malam hari. Bersamaan dengan teriakannya, muncul gambar petir yang menggelegar. Tapi kekuatan akting dua pemeran utamanya amat menolong.



0コメント

  • 1000 / 1000